Masa pandemi ini guru memiliki peran strategis dalam menciptakan kegiatan belajar yang mengintegrasikan TIK, sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada. Kebutuhan dan kondisi ini dilihat dari beberapa aspek, yaitu guru, siswa, sekolah maupun orang tua. Komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam situasi pandemi ini adalah potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam mewujudkan proses belajar efektif. Peran TIK dalam pembelajaran yaitu dapat memfasilitasi penguasaan 4 keterampilan dasar (4C) dalam pembelajaran abad 21: creativity, critical thinking, communication, dan collaboration.
Langkah terbaik
untuk memfasilitasi siswa dalam menguasai keterampilan dasar adalah mengubah
bagaimana metode guru dalam membelajarkan siswa. Guru tidak hanya sekedar
mempelajari teknologinya, atau menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran,
tetapi bagaimana guru mampu membangun pengetahuan dan keterampilan siswa
melalui berbagai pengalaman belajar dalam proses pembelajaran yang
mengintegrasikan TIK. Guru seharusnya mampu menciptakan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa dengan adanya integrasi TIK dalam pembelajaran.
Pembelajaran bukanlah proses yang instan. Butuh proses panjang dan uji coba untuk
menerapkannya. Selain itu, terdapat keputusan penting yang harus dibuat guru
ketika memutuskan untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran, yaitu
memastikan pembelajaran berjalan lancar dan lebih berkualitas. Hal lain yang
menjadi titik utama pembelajaran menggunakan teknologi adalah pembelajaran Abad
21 yang ditujukan untuk kolaborasi sebagai salah satu keterampilan dasar yang
harus dimiliki siswa. Oleh karena itu, sebuah sisi positif yang bisa kita ambil
dan manfaatkan dalam situasi saat ini. Sekali mendayung, dua tiga pulau
terlampaui. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk kondisi saat ini.
Saya adalah seorang guru di SDIT Alam Al
Hikmah Magelang. Saat memasuki tahun ajaran baru ini, saya sudah bersiap untuk
menyongsongnya. Hal ini karena kegiatan PJJ sudah saya laksanakan sejak awal
pandemi di bulan Maret 2020. Ketika awal pandemi, saya menggunakan WA grup
sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang tua atau siswa saya. Tugas dan
materi saya share di WA grup kemudian tugas yang sudah dikerjakan oleh siswa
dikirimkan kembali di WA grup tersebut. Jarak dan waktu bisa kami atasi melalui
WA grup ini. Tentu saja, aplikasi ini sudah sangat familiar bagi semua orang,
sehingga tak sulit untuk menggunakannya. Jika ingin bertatap langsung, saya bisa
menggunakan video call grup.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai
mendapatkan kendala saat menggunakan WA grup. HP menjadi lemot dan sering
bermasalah karena banyaknya dokumen yang masuk. Tugas untuk siswa bukan hanya
foto, tetapi kadang juga video atau rekaman suara. Bayangkan saja, apabila
setiap hari ada 2 tugas yang harus dikumpulkan oleh 28 siswa di satu kelas,
maka berapa banyak dokumen yang harus diterima oleh HP saya waktu itu. Kendala
lainnya adalah ketika ada siswa yang kurang tertib mengumpulkan tugas, sehingga
saya akan kesulitan mencari dokumen tugas yang dikumpulkan.
Akhirnya, menjelang tahun ajaran baru,
saya dan teman-teman guru berinisiatif untuk mengubah sistem pembelajaran di
sekolah. Untuk melihat kesiapan orang tua dalam menyediakan sarana belajar bagi
siswa di rumah, maka saya membuat kuesioner. Isi kuesioner tersebut antara lain
tentang ada tidaknya media komunikasi yang bisa digunakan siswa belajar,
keadaan sinyal di rumah, waktu yang tepat untuk siswa belajar, metode
pembelajaran yang diinginkan oleh orang tua dan siswa selama PJJ ini
berlangsung. Setelah semua orang tua mengisi kuesioner tersebut, kemudian saya
menganalisis hasilnya. Hasil ini saya jadikan panduan untuk merencanakan metode
pembelajaran yang akan saya laksanakan mulai tahun ajaran baru 2020/2021.
Beragamnya keinginan dan kemampuan orang
tua dalam menyediakan sarana dan mendampingi anaknya dalam pembelajaran jarak
jauh ini menuntut saya untuk kreatif dalam merencanakan proses pembelajaran
selanjutnya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menggunakan google classroom
sebagai Learning Management System (LMS)nya. Google classroom merupakan
sebuah kelas virtual yang disediakan oleh google. Google classroom memfasilitasi
terjadinya pembelajaran online (daring) antara guru dan siswa kapan saja
dan di mana saja. Saya memilih LMS ini karena gratis dan banyak kemudahan yang
bisa saya dapatkan di google classroom ini. Dengan google classroom
saya bisa memanage kelas dengan baik tanpa harus dipusingkan dengan
administrasi yang banyak.
Model pembelajaran di google classroom
yaitu suatu pembelajaran dalam jaringan (online) dengan menggunakan
teknologi pembelajaran untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran.
Saya sebagai pengelola kelas di google classroom bisa berbagi
pengetahuan kapan saja, dan dimana saja. Di sini saya bisa memberikan materi,
kuis, dan evaluasi kepada siswa. Saya juga bisa mengatur jadwal kegiatan
belajar setiap harinya. Sehingga siswa bisa dengan mudah mengakses kegiatan
belajar yang harus diselesaikan hari itu. Siswa dapat mengirimkan tugas berupa
dokumen, video, foto, dan rekaman suara sesuai instruksi dari guru. Setelah
siswa mengirimkan tugasnya, saya bisa memeriksa pekerjaan mereka dan memberikan
umpan balik serta menilai tugas mereka. Nilai dapat dilihat oleh siswa setelah saya
mengembalikan pekerjaan mereka. Sebenarnya kelas virtual ini mirip dengan kelas
sebenarnya di sekolah. Ada aktivitas belajar, pemberian materi, pengumpulan
tugas, penilaian dan pengadministrasian kelas.
Penyampaian materi di google classroom
bukan hanya dengan teks atau buku. Guru dituntut pula untuk belajar membuat konten-konten
pembelajaran seperti video pembelajaran maupun multimedia interaktif. Meskipun
banyak video pembelajaran yang bisa saya dapatkan secara instan di youtube atau
rumah belajar, namun saya merasa lebih puas dan tepat ketika bisa membuat video
pembelajaran sendiri. Tentu saja, dengan membuat video pembelajaran sendiri,
saya bisa menyesuaikan keadaan dan kemampuan kognitif siswa saya. Selain itu,
saya juga bisa menyesuaikan karakteristik siswa. Saya harus kreatif membuat
video pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar. Sisi positifnya,
saya harus belajar membuat video, cara mengedit gambar, mengajar di depan kamera dan masih banyak hal
lain yang saya pelajari. Saya banyak mengikuti pelatihan dan diklat yang
diselenggarakan berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan saya dalam membuat media
pembelajaran yang dibutuhkan. Bukan hanya siswa saja yang kemudian dituntut
untuk belajar jarak jauh, para guru juga mengikuti berbagai webinar yang sesuai
passionnya. Kami bisa memilih materi apa yang ingin dipelajari.
Selama pembelajaran jarak jauh ini penggunaan buku teks dan buku tulis semakin berkurang. Saat ini, banyak metode belajar yang berkembang. Perkembangan ini tentunya lebih efektif dan menarik sehingga para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dengan waktu yang singkat. Salah satu metode yang saya kembangkan adalah pembelajaran berbasis video. Mengapa saya melakukannya ? Karena manfaat pembelajaran berbasis video ini memungkinkan otak manusia terhubung untuk melacak gerakan dan tertarik pada gerakan.
Video pembelajaran adalah suatu media yang dapat kita rancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku. Video dapat membuat sesuatu menjadi lebih menarik daripada sekadar teks. Dalam video ada teks, gambar, warna dan suara yang digabungkan menjadi satu. Anak-anak akan lebih menyukai belajar menggunakan video daripada harus membaca buku teks pelajaran. Salah satu contoh, video animasi dapat menjelaskan sebuah konsep, betapapun sulitnya konsep itu akan membuat anak-anak dan orang dewasa duduk diam untuk menonton. Itulah tujuan saya membuat beberapa video untuk mentransferkan materi pada siswa saya.
Setiap hari belajar melalui video juga
akan membosankan. Maka, saya berusaha membuat variasi metode pembelajaran.
Sesekali para siswa diberikan tugas menggunakan google form. Google form adalah layanan dari google yang memungkinkan kita untuk membuat berbagai pertanyaan dengan fitur formulir online yang bisa langsung mendapatkan jawaban dari siswa. Kemudahan lain yang didapatkan adalah data dari siswa akan disimpan dengan baik
di google drive, sehingga sewaktu-waktu saya membutuhkannya, saya bisa
mendapatkannya di google drive. Hal ini sangat membantu tugas saya dalam
penilaian dan analisis tugas yang diberikan pada siswa.
Ada cara lain untuk penilaian siswa yaitu menggunakan quiziz, sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Meskipun hampir sama dengan kuis yang dibuat menggunakan google form, namun quiziz ini memungkinkan saya menilai siswa sesuai kecepatan mengerjakannya. Penilaian ini sangat menyenangkan karena para siswa bisa berkompetisi dengan teman-temannya dalam mengerjakan soal yang diberikan. Saya pun terbantu dengan adanya laporan yang bisa didapatkan dari semua siswa yang mengerjakan di aplikasi ini.