Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label pengelolaan sampah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengelolaan sampah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Februari 2021

Zero Waste Cities Dimulai Dari Sekolah

 

Kawasan bebas sampah. Sebuah impian mulia untuk kelestarian lingkungan. Bukan tidak mungkin, impian itu bisa terwujud. Butuh perjuangan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkannya. Teringat akan peristiwa mengenaskan yang terjadi pada tahun 2005. Saat gunung sampah longsor dan mengenai beberapa desa di Leuwigajah, Jawa Barat. Gunungan sampah sepanjang 200 meter dan tinggi 60 meter itu longsor karena goyah diguyur hujan. Sementara gas metan yang dihasilkan oleh sampah meledak sehingga menyebabkan sampah longsor bergulung-gulung di sekitar TPA Leuwigajah. Akibatnya 157 orang meninggal tertimbun sampah. Meskipun kini lokasi longsornya sampah tersebut sudah menjadi daerah yang hijau dan dijadikan obyek wisata, namun peristiwa tersebut membawa pelajaran sangat berharga bagi kita. Bahwa sampah bisa membawa malapetaka bagi bumi dan makhluk yang ada di atasnya.

Program Zero Waste Cities atau disingkat ZWC mulai didengung-dengungkan. Para aktivis lingkungan tak bosan-bosannya mengajak masyarakat untuk semakin peduli pada lingkungan. Sampah, sebagai penyumbang terbesar dalam kerusakan bumi mendapat perhatian serius. Permasalahan sampah merupakan permasalahan global. Setiap manusia memiliki andil dalam permasalahan sampah. Andil yang positif atau negative, tergantung kita masing-masing.

Program zero waste secara umum sudah dicanangkan oleh pemerintah pada masyarakat. Termasuk ke sekolah-sekolah. Pemerintah memiliki program sekolah adiwiyata yang bertujuan untuk menjadikan sekolah berbudaya lingkungan. Beberapa Lembaga non pemerintah juga sudah melaksanakan kampanye zero waste. Salah satunya adalah Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPPB) yang berlokasi di Kota Bandung. YPBB ini telah melaksanakan kegiatan kampanye hidup bebas sampah pada masyarakat. YPBB juga mengkampanyekan cara pengelolaan sampah pada masyarakat. Salah satu target kampanye YPBB adalah sekolah-sekolah.

Saya adalah seorang guru. Maka, saya berusaha menjalankan peran saya di sekolah sesuai bidang saya. Sekolah merupakan tempat edukasi yang sangat efektif untuk permasalahan sampah ini. Saya yakin, zero waste cities bisa dimulai dari sekolah. Bagaimana mungkin ? Ya, sangat mungkin. Karena di sekolah terjadi transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan serta pembentukan karakter. Para siswa menjadi sasaran yang tepat untuk memahamkan konsep zero waste. Di tangan merekalah kelak keberlangsungan bumi ini dititipkan. Jadi, semakin dini mereka mendapatkan pemahaman yang tepat tentang hal ini, harapannya mereka akan semakin paham dan bisa mempraktikkan ilmunya di masyarakat.

Konsep zero waste di sekolah dimulai dengan Prinsip 3R, yaitu reduce, reuse dan recycle. Reduce, mengurangi sampah. Reuse, menggunakan kembali barang yang sudah dipakai. Dan recycle, adalah mendaur ulang sampah. Konsep ini memiliki kontribusi besar dalam mengurangi adanya sampah di lingkungan. Mari kita renungi apakah  prinsip 3 R ini sudah kita terapkan dalam keseharian kita ? Perhatikan mulai dari hal-hal kecil yang menjadi keseharian kita.

Di sekolah, penerapan prinsip 3 R bisa dilakukan dalam banyak hal. Mari perhatikan beberapa penerapannya:

a.     Reduce

Mengurangi sampah merupakan peran pertama yang harus dilakukan. Mengurangi sampah artinya mengurangi penggunaan barang yang bisa menimbulkan sampah. Gaya hidup minim sampah harus ditekankan pada semua siswa di sekolah. Setiap siswa dihimbau untuk membawa tempat minum dan makan sendiri dari rumah.  Beberapa sekolah mungkin sudah menyediakan peralatan makan yang bisa dipakai ulang. Seperti di sekolah kami, para siswa bisa menggunakan peralatan makan dan minum dari sekolah.

          Kantin sekolah harus bisa bekerjasama dengan pemasok jajanan untuk mengurangi sampah. Perlu perjanjian kerjasama dalam hal ini. Misalnya, sekolah hanya akan menerima pemasok jajanan yang tidak menggunakan kemasa plastik sekali pakai. Dengan perjanjian seperti ini, sampah yang ada di sekolah pasti akan bisa diminimalisir.

Guru  harus selalu memberikan edukasi pada para siswa tentang upaya mengurangi sampah di sekolah. Dalam setiap kegiatan belajar, edukasi ini harus dijalankan. Harapannya, karakter siswa untuk cinta lingkungan akan semakin terasah. Pahamkan juga bahwa karakter tersebut tidak hanya dilakukan saat di sekolah, tapi juga di rumah dan masyarakat.

b.     Reuse

Upaya berikutnya untuk mengurangi sampah adalah menggunakan kembali barang yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa meniadakan penggunaan plastik dan kertas. Demikian juga di sekolah. Tentu saja,kita tetap boleh menggunakannya dalam kondisi tertentu.

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, kertas adalah kebutuhan pokok yang harus ada. Lalu bagaimana cara kita untuk mengurangi sampah kertas ? Pahamkan pada semua warga sekolah untuk menggunakan kertas dengan bijaksana. Bahan baku pembuatan kertas adalah pohon. Butuh waktu bertahun-tahun supaya pohon bisa diolah menjadi kertas. Pernahkah terpikirkan oleh kita, berapa kertas yang dihasilkan dari satu batang pohon ? Berapapun itu, yang pasti tidak akan sebanding dengan penggunaannya.

Selalu menggunakan kertas di dua sisi merupakan salah satu upaya mengurangi sampah. Kertas-kertas yang hanya digunakan di satu sisi, jangan langsung dibuang. Kertas tersebut bisa digunakan kembali di sisi yang lain. Untuk coret-coret sketsa, menghitung matematika dan lain sebagainya.

c.     Recycle

Mendaur ulang adalah proses untuk membuat barang bekas menjadi barang yang baru supaya bisa dimanfaatkan kembali. Proses daur ulang memiliki tujuan untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, dan penggunaan sumber energi   sehingga polusi bisa dikurangi.

Kegiatan daur ulang yang bisa dilakukan di sekolah antara lain memanfaatkan barang bekas menjadi kerajinan tangan. Di sekolah kami, banyak sekali barang bekas yang dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan. Ternyata dengan kreativitas sampah bisa diubah menjadi barang yang memiliki nilai guna, dan nilai jual yang tinggi.  Ban bekas bisa diubah menjadi pot unik dan cantik. Handuk bekas juga bisa dibuat pot yang unik. Botol dan kardus bekas bisa dibuat berbagai macam mainan. Masih banyak kegiatan daur ulang yang bisa dilakukan di sekolah. Peran guru dalam mengarahkan siswa untuk lebih memilih barang bekas saat membuat kerajinan/prakarya sangat diperlukan. Selain menghemat uang, kegiatan daur ulang bisa memacu kreativitas para siswa. 

Berikut contoh hasil karya siswa di sekolah kami.





                Sekolah merupakan tempat edukasi terbaik di masyarakat. Sekolah memiliki peran untuk membentuk generasi penerus yang ramah lingkungan. Kepala sekolah dan guru yang berwawasan lingkungan akan mampu menuntun siswa-siswanya menjadi green generation.

Di sekolah kami, ada program untuk menghidupkan siklus material di sekitarnya. Program ini sering kami sebut sebagai Integrated farming SDIT ALAM AL HIKMAH. Kami berusaha untuk melakukan pertanian terpadu di sekolah. Meskipun belum 100% sampah/limbah yang bisa dimanfaatkan, paling tidak upaya untuk menghidupkan siklus material ini bisa berjalan. Kegiatannya bisa dilihat di gambar berikut ini :

        Secara sederhana, siklus tersebut bisa berjalan dengan efektif. Sekolah memiliki dapur yang menyediakan makanan sehat. Batang sayuran, misalnya kangkung tidak dibuang tetapi disisakan batangnya untuk ditanam kembali. Bisa ditanam langsung di tanah atau di aquaponik. Ternyata, siswa SD pun bisa membuat aquaponik sederhana. Hasil panen sayuran dimasak untuk makan siang. Sisanya bisa dibuat kompos padat. Kompos tersebut digunakan untuk memupuk sayuran. Begitu seterusnya. Jadi limbah yang dihasilkan dalam proses ini bisa diminimalkan. 

        Nah, kegiatan-kegiatan sederhana seperti ini bisa mulai diterapkan di sekolah. Tentunya dengan penjelasan dari guru sehingga para siswa bisa memahami maksud dan tujuannya. Jika mereka bisa paham, maka ke depan mereka akan semakin inovatif. Bisa menciptakan inovasi yang ramah lingkungan. Semakin banyak generasi hijau yang berperan maka konsep Zero Waste Cities ini akan semakin mudah dicapai. Salam Lestari.

        Berikut ini beberapa video kegiatan siswa di sekolah kami yang bisa dijadikan referensi :

1. Membuat bros dari tutup galon 

2. Membuat pot dari handuk bekas

3.  Kreasi rak dinding dari CD bekas

4. Kreasi botol bekas menjadi kapal 

5. Kreasi kardus bekas  jadi tempat pensil dan lampu

6. Dispenser mainan dari kardus bekas

7. Membuat rak dari kardus bekas 

8. Aquaponik sederhana

 

PENTINGNYA PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR BAGI GURU

  Oleh : Rakhmawati Wulan Y., S.Si. Merdeka belajar adalah program kebijakan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ...