Oleh : Rakhmawati Wulan Y., S.Si.
CGP Angkatan 4 Kabupaten Magelang
- Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil ?
Ki Hajar Dewantara selaku pendiri Taman
Siswa menggagas Patrap Triloka yang terdapat 3 unsur penting, yaitu:
1. Ing Ngarsa Sung Tulada (yang di depan memberi teladan)
2. Ing Madya Mangun Karsa (yang di tengah membangun kemauan)
3. Tut Wuri Handayani (dari belakang mendukung)
Menurut saya, berdasarkan filosofi tersebut, maka
guru sebagai seorang pendidik patut menjadi panutan atau teladan bagi siswanya,
baik dari perbuatan, perkataan, dan pemikirannya. Kita harus sadar bahwa dalam
lingkungan sekolah sering kali dihadapkan pada berbagai dilema etika dan
bujukan moral. Hal ini membuat kita, seorang guru, harus memiliki kompetensi
dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara dengan
cara menjadi sosok yang dapat menjadi teladan yang positif, motivator,
fasilitator dan mampu membentuk karakter positif kepada murid untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila. Kita juga harus berhati-hati dalam mengambil sebuah
keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika ataupun bujukan moral.
Keputusan yang diambil harus dikaji terlebih dahulu
dengan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Hal ini
penting dilakukan karena guru setiap tindakan guru akan ditiru oleh siswanya.
Jika guru sudah mampu mengambil keputusan yang tepat, tentu akan menjadi contoh
yang baik para siswanya.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Menurut saya nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita akan berpengaruh pada prinsip-prinsip yang akan kita ambil nantinya dalam
pengujian dan pengambilan keputusan. Adapun nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita sebagai seorang pendidik adalah nilai-nilai kebaikan seperti
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong royong, toleransi, dan nilai-nilai
kebaikan lainnya.
Pada proses pengambilan keputusan, ada
prinsip-prinsip yang dapat membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang
harus diambil sebagai pemimpin pembelajaran. Adapun ketiga prinsip tersebut,
yaitu:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita. Guru dalam memberikan pelayanan dan pembelajaran juga harus memiliki rasa
empati terhadap murid agar murid memiliki rasa nyaman sehingga bisa terbuka dan
berminat terhadap pembelajaran yang kita berikan.
- Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita
lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut
telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator dan
pendamping selama ini sangat membantu saya dalam mengambil sebuah keputusan
yang berpihak pada murid dan berdasarkan nilai-nilai yang universal. Bagi saya,
pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena dengan
mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara berkomunikasi yang
memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Teknik
coaching ini bisa diterapkan untuk membantu memecahkan permasalahan yang
dihadapi siswa ataupun rekan sejawat di sekolah.
Sebagai seorang guru, tentu saya harus memahami
kebutuhan belajar siswa. Melalui kegiatan Coaching, guru dapat menggali semua
potensi yang dimiliki oleh siswa. Keterampilan Coaching akan sangat membantu
guru dalam mengambil sebuah keputusan, Dengan pengambilan keputusan yang tepat,
maka dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan?
Dalam pengambilan
keputusan, Diperlukan kompetensi kesadaran
diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial
(relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan
yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma
sosial (CASEL).
Aspek
sosial dan emosional guru sangat berpengaruh terhadap keputusan yang
diambilnya. Kesadaran diri yang baik akan membuat guru mengambil keputusan
dengan responsif, tidak reaktif, apalagi tergesa-gesa. Seorang guru seharusnya bisa mengelola diri dengan baik, walaupun dengan
beban kerja yang tinggi dan tugas tambahan yang dikerjakan, dalam mengambil
keputusan tetap akan mempertimbangkan dampak yang diakibatkannya.
Jika
kesadaran sosial guru baik, maka guru akan merasakan kondisi yang dialami orang
lain, sehingga keputusan yang diambilnya pasti akan memperhatikan empati, rasa
kasihan, dan kemanusiaan. Guru yang memiliki kemampuan berelasi yang baik, akan
mampu mengelola tugas dengan rekan sejawat, membangun hubungan dengan murid,
sehingga keputusan yang diambil akan berpihak pada murid.
Keterampilan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sebagai salah satu kompetensi
sosial dan emosional sangat penting dalam melakukan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga keputusan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik ?
Sebagai seorang guru kita sering dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus mengambil sebuah keputusan yang sulit. Namun, kita harus paham bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut
merupakan dilema etika. Ada kalanya keadaan tersebut lebih berupa bujukan
moral. Selama ini saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita
memiliki kecenderungan pada beberapa prinsip, yaitu :
(1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak.;
(2) Menjunjung tinggi
prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita;
(3) Melakukan apa yang Anda harapkan orang
lain akan lakukan kepada diri Anda.
Etika pengambilan keputusan ini tentunya bersifat
relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang
berlaku.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Rukiyati dkk,
di buku Etika Pendidikan halaman 43 bahwa "Etika terkait dengan karsa
karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia
yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki
kesadaran moral”. Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa
merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini
pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh
seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah
yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang
mengandung unsur dilema etika.
Saat guru dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai dirinya akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut, diantaranya adalah mandiri,
reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada
murid. Niali-nilai inilah yang tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip
pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran. .
Guru yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, akan mengambil keputusan yang tidak
bertentangan dengan moral dan hukum. Nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh
guru juga akan mempengaruhi keputusan yang diambil dalam situasi dilema etika. Pengambilan
keputusan yang dilakukan akan mempertimbangkan etika profesi, nilai-nilai yang
diyakini, dampak dan perasaan yang terjadi jika keputusan yang diambil
diketahui oleh masyarakat luas, dan pertimbangan dari
idola/panutan. Dengan menerapkan nilai-nilai yang dianut, guru akan
mengambil keputusan yang konsekuensinya telah dipertimbangkan, sesuai
aturan/norma, memperhatikan nilai kemanusiaan, berdampak jangka panjang, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman ?
Kita
harus paham, bahwa setiap pengambilan keputusan pasti ada konsekwensinya. Pengambilan
keputusan yang tepat akan mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat,
berdampak bagi orang banyak, tidak melanggar hukum/peraturan, memenuhi
keadilan, dan mempunyai pengaruh jangka panjang. Selain itu, keputusan yang
tepat bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini bersama,
memberikan pembelajaran, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Sebagai upaya pengambilan keputusan yang
tepat, akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut, yaitu :
·
Mengidentifikasi
jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
·
Memilih dan
memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam
dilema pengambilan keputusan.
·
Menerapkan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika
·
bersikap
reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut
Keputusan yang tepat memperhatikan
nilai-nilai kemanusiaan, seperti rasa kasihan, kepedulian, dan kesetiaan.
Keputusan yang tepat akan memberikan pembelajaran bagi pihak-pihak yang terlibat,
sehingga memiliki dampak jangka panjang dan menjadikan lingkungan bernuansa
positif. Terakomodasinya
kepentingan pihak yang terlibat dalam dilema etika akan membuat lingkungan
menjadi kondusif dan aman, karena semua pihak akan menerima keputusan yang
dibuat. Kenyamanan di lingkungan akan terpelihara karena keputusan yang tepat
membuat para pihak merasa memiliki, merasa dihargai, dan timbul budaya saling
menghargai.
- Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di
lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke
masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda ?
Kesulitan yang saya alami untuk menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika, yang palin sering saya
rasakan adalah ketika saya dihadapkan pada pengambilan keputusan dengan dilemma
individu lawan masyarakat. Misalnya saat anak saya sakit dan membutuhkan
pendampingan saya di rumah/rumah sakit, namun saya juga harus meninggalkan tugas
saya di sekolah. Apalagi jika saat itu, ada masalah yang terjadi saat saya
tidak ke sekolah untuk melaksanakan tugas saya sebagai guru. Selain itu, saya
juga pernah merasakan adanya kekurangnyamanan saat harus memberi nilai yang
tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Bahwa sesuai ketentuan, siswa harus
mendapatkan nilai minimal di batas KKM, sementara setelah dengan berbagai upaya
dilakukan tapi kemampuannya tidak bisa mencapai batas KKM.
- Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
"Beban
dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting.
Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan,
apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil
keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan
pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)
Saya
yakin bahwa pengabilan keputusan ini sangat berpengaruh dalam memerdekakan
murid. Sebagai seorang guru, kita harus bisa menuntun dan mendampingi murid
kita untuk bisa mengambil keputusannya sendiri yang sesuai dengan keinginan
mereka tanpa campur tangan pihak lain.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang kodrat alam
dan kodrat zaman, seorang pemimpin pembelajaran harus melakukan pengambilan
keputusan yang mengutamakan pengembangan potensi murid sesuai kebutuhan
belajarnya. Pengembangan potensi murid sebaiknya juga dilakukan dengan
memperhatikan perkembangan zaman.
Seorang guru, sebagai pemimpin pembelajaran seharusnya
mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan
dapat dipertanggung jawabkan, serta memiliki dampak jangka panjang, akan
membawa murid untuk mengembangkan potensinya dengan optimal.
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik,
sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang tepat.
Prinsip-prinsip etika itu sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan
universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang
sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan
universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran,
Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen,
Percaya Diri, Kesabaran, dan sebagainya.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai
pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan
akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi
murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar
Pancasila.Hal inilah yang berpengaruh baik bagi masa depan mereka kelak.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Dalam proses pendidikan, guru hendaknya dapat menggali
kebutuhan belajar murid, kemudian melakukan pembelajaran yang mengakomodasi
kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdifernsiasi. Dalam proses
pembelajaran, baik guru maupun murid akan menghadapi keadaan yang mengharuskannya
memiliki kemampuan mengelola emosi, merencanakan dan mencapai tujuan positif.
Selain itu juga perlu kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan positif,
merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, serta membuat keputusan
yang bertanggung jawab. Itulah latar belakang seorang guru perlu menerapkan
kompetensi sosial dan emosional dalam pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan di
sekolah.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah yang menerapkan
nilai-nilai, kesepakatan bersama, disiplin positif, maupun tata krama akan
mewujudkan terciptanya budaya positif. Warga sekolah ( murid atau rekan
sejawat) yang memiliki kendala dalam melaksanakan kegiatannya, dapat dibantu penyelesaiannya
melalui coaching. Dalam proses coaching ini, akan membuat seseorang menggali
kemampuannya untuk menyelesaikan hambatan yang dihadapi, sehingga keputusan-keputusan
yang diambil telah melalui serangkaian pertimbangan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam pengambilan
keputusan hendaknya selalu bersumber pada nilai-nilai kebajikan yang diyakini.
Dengan nilai yang dimiliki guru, antara lain mandiri, reflektif, inovatif,
kolaboratif, dan berpihak pada murid, maka keputusan yang akan diambil tentu
akan berpengaruh positif pada masa depan murid.
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran melatih
diri untuk melihat situasi/masalah dengan jernih dari berbagai sudut pandang,
menggunakan cara penyelesaian yang tepat, dan mempertimbangkan dampak yang
diakibatkan. Pengambilan keputusan yang tepat tidak hanya baik untuk diri
sendiri, tetapi akan memberikan pembelajaran kepada lingkungan sekitar tentang
bagaimana melakukan pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar